Pernah dengar istilah Market Capitalization atau biasa disingkat Market Cap? Apa artinya?
Rumus ini seharusnya sudah menjelaskan apa itu market cap:
Market Cap = Harga Saham x Jumlah Volume Saham yang beredar
Jelas lah ya? Market Cap itu adalah nilai dari suatu perusahaan. Contoh, Harga Saham Kimia Farma (KAEF) adalah Rp480,- per lembarnya. Kemudian, volume saham yang beredar adalah 5.554.000.000. Kalau begitu, Market Cap dari Kimia Farma adalah Rp2.665.920.000.000 atau 2,67 triliun rupiah. Artinya, kalau Anda mau membeli 100% Saham Kimia Farma, saat ini bandrol harganya adalah 2,67 triliun rupiah itu.
Jadi Market Cap itu menunjukkan nilai dari suatu perusahaan. Untuk saat ini, perusahaan dengan market cap tertinggi di Dunia adalah Apple Inc dengan market cap sebesar 627 Miliar Dollar (Per tanggal 22 Agustus 2012). Untuk di Indonesia, berikut ini adalah lima perusahaan dengan Market Cap terbesar (per laporan keuangan 2011):
1. Astra International Tbk. (Rp299,58 Triliun)
2. Bank Central Asia Tbk. (Rp195,27 Triliun)
3. HM Sampoerna Tbk. (Rp170,94 Triliun)
4. Bank Rakyat Indonesia (Rp164,85 Triliun)
5. Bank Mandiri (155,93 Triliun)
Sekarang, apa guna melihat market cap dalam menentukan investasi?
Gunanya tentu untuk membandingkan. Kalau kita menganalisis suatu sektor, misalnya sektor pertambangan, maka memulai dengan membandingkan market cap tiap-tiap perusahaan adalah sesuatu yang baik. Bagi investor pemula, sangat disarankan untuk membeli saham-saham dengan market cap yang relatif besar. Karena market cap yang terlalu kecil menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terlalu kecil perannya di sektor tersebut sehingga memungkinkan dia tergeser oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Tetapi sebagai investor pemula juga sebaiknya tidak memilih 5 perusahaan yang barusan disebutkan. Kenapa? Karena kalau harganya sudah sangat tinggi, peluang dia untuk semakin naik lagi juga makin kecil, bukan?
Bermain saham? Bukan. Di blog ini kita belajar mengenai investasi, terutama investasi saham di Bursa Efek Indonesia
Friday, August 24, 2012
Investasi di sektor Farmasi
Saham perusahaan apakah yang saat ini
layak dibeli untuk investasi jangka panjang di sektor farmasi? Berikut ini
adalah nama-nama perusahaan yang masuk dalam kategori Farmasi pada Bursa Efek
Indonesia:
1. Kalbe Farma (market cap: Rp 40,11T)
2. Tempo Scan Pacific (market cap: Rp
12,97T)
3. Merck Indonesia (market cap: Rp 3,25T)
4. Kimia Farma (market cap: Rp 2,61T)
5. Taisho Pharmaceutical (market cap: Rp
1,48T)
6. Darya Varia (market cap: Rp 1,41T)
7. Indofarma (market cap: Rp 0,59T)
8. Schering Plough (market cap: Rp 0,028T)
9. Pyridam Farma (market cap: Rp 0,004T)
Dari kesembilan perusahaan yang disebutkan
di atas, kita perlu memfilter beberapa perusahaan yang memiliki kondisi
keuangan dan performa manajemen yang baik. Misalnya, nilai Return on Assets dan Return
on Equity menunjukkan efektivitas manajemen dalam menghasilkan profit dari
investasi yang ditanamkan ke perusahaan. Pertimbangan lainnya adalah besarnya
jumlah kas yang dimiliki perusahaan (relatif terhadap penjualan), hutang yang
dimiliki perusahaan (relatif terhadap equity), dan stabilitas perusahaan dalam
menjaga growth dalam beberapa tahun
terakhir. Dari parameter-parameter tersebut, perusahaan-perusahaan berikut ini
lolos dari uji:
1. Kalbe Farma
2. Tempo Scan Pacific
3. Merck Indonesia
4. Taisho Pharmaceutical
5. Darya Varia
Kelima perusahaan di atas mampu
menghasilkan kas lebih dari 20% dari total penjualan, RoA dan RoE yang relatif
tinggi, hutang yang sangat kecil, dan pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun
terakhir. Kimia Farma sebenarnya memiliki performa yang lumayan baik, hanya
saja kas yang dihasilkan tidak sebanyak kompetitor lainnya, yaitu hanya 5,72%
dari total penjualan. Untuk Indofarma, Schering Plough, dan Pyridam juga tidak
lolos dilihat dari Kas, RoA, RoE. Terlebih Schering Plough memiliki
hutang yang sangat tinggai, yaitu Rp 210 Miliar, 976% dari Equity yang
dimilikinya.
Kelima perusahaan ini sepertinya memiliki
peluang yang besar untuk berkembang terus pada tahun-tahun berikutnya, yang
tentunya akan berkorelasi positif dengan harganya di bursa saham. Lalu
pertanyaan berikutnya adalah, apabila kita ingin membeli saham dari lima
perusahaan tersebut, apakah harganya cocok? Harga perusahaan bisa dilihat dari Price/Earnings (P/E), Price/BookValue,
dan Price/Sales. Artinya, kita
melihat nilai perusahaan tersebut bukan dari harga sahamnya, tetapi harga saham relatif terhadap profit, asset,
dan penjualan perusahaan. Berikut ini perusahaan yang lolos uji:
1. Merck Indonesia (P/E 11,67)
2. Darya Varia (P/E 14,05)
Kedua perusahaan ini memiliki P/E rendah
relatif terhadap Kalbe (26,05), Tempo (22,16), dan Taisho (21,39). [Sedikit
catatan mengenai Kalbe: sepertinya strategi "Corporate Brand" yang dilakukannya saat ini memberi efek
kepada naiknya nilai brand perusahaan dan juga harganya di bursa saham]
Dilihat dari harganya, Merck dan Darya
Varia sepertinya sangat layak untuk menjadi tempat berinvestasi. Harganya juga
lebih murah baik relatif terhadap asset yang dimiliki oleh perusahaan
(Price/BookValue) maupun relatif terhadap penjualan (Price/Sales). Pada saat
ini ditulis, harga saham Merck Indonesia adalah Rp145.000,- dan Darya Varia
Rp1.260,-. Keduanya masih berada di bawah harga fair price dilihat dari performa perusahaannya. Namun untuk
pembelian minimum 500 lembar saham, berarti pembelian untuk minimal untuk saham
Merck adalah sebesar Rp72,5juta sementara untuk Darya Varia sebesar Rp630ribu.
Hal ini membuat Darya Varia lebih "ramah" bagi investor karena
membutuhkan modal yang lebih kecil.
Ditulis pada 17 Juni 2012
Investasi di Apartment - performa per tahun
Saya mau cerita sedikit pengalaman berinvestasi di Apartment, dan bagaimana performanya jika dibandingkan investasi saya di saham.
Awal Tahun 2009, saya membeli apartment Signature Park di Jl. MT. Haryono, tidak jauh dari RS. Tebet. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah lokasinya, jelas lokasi adalah faktor utama dalam berinvestasi di properti. Kalau lokasinya tidak strategis, buat apa dibeli. Saya beli 2Br tipe 40, harganya saat itu adalah Rp400jt. Harganya relatif murah, mengingat harga rumah daerah di Tebet saat itu sudah mencapai sekitar 1M.
Beberapa bulan setelahnya, saya membeli apartment di Kalibata. Dua Bedroom juga, tipe 33. Harganya saat itu adalah Rp223jt. Lebih murah memang, karena lokasinya tidak sestrategis Signature Park. Namun konsep pembangunan apartment di Kalibata ini adalah pembangunan komunitas, salah satu komponen penting kompleks Kalibata ini adalah Mall besar yang di buat di bagian basement.
Pembangunan kedua apartment selesai pada tahun 2012, proses serah keduanya terima sudah selesai. Bisa tebak berapa harga pasarannya sekarang? Signature Park Rp550jt. Kalibata Rp350jt. Jelas menguntungkan lah ya. Namun Seberapa menguntungkan? Nah, kita coba melihatnya dari berbagai macam sisi. Cek tabel ini untuk melihat RoI keduanya:
That's it... Kalibata RoI 56,95% Signature Park 37,50%. Kelihatannya sangat besar ya? Eit, tapi jangan senang dulu. RoI ini dicapai dalam jangka waktu 3 tahun. Dalam investasi, performa investasi biasanya diukur dari berapa besar return yang dihasilkan dari investasi tersebut PER TAHUN. Kalau begitu, kita harus periksa, berapa besar kenaikan investasi ini tiap tahun?
Nah, cara menghitungnya agak kompleks, rada matematis dikit nggak apa-apa ya :)
Pertama, mari kita asumsikan bahwa kenaikan investasi tiap tahun itu stabil. Sebut aja bunga investasi per tahun itu adalah b. Lalu kita ambil variabel H untuk Harga saat beli. H dikali (1+b) itu adalah harga di tahun berikutnya. H dikali (1+b)(1+b) adalah harga di tahun ke dua. Sehingga H dikali (1+b)(1+b)(1+b) itu adalah harga di tahun ke tiga. Dengan demikian, kita sudah bisa menghitung nilai b sebagai berikut:
Untuk Kalibata:
H = Rp223.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp350.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,5695 (56,96% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1621
Jadi nilai b = 0,1621 (16,21% PER TAHUN)
Untuk Signature Park:
H = Rp400.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp550.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,375 (37,50% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1120
Jadi nilai b = 0,1120 (11,20% PER TAHUN)
Jadi ternyata nilai investasinya adalah 16,21% per tahun untuk Kalibata dan 11,20% per tahun untuk Signature Park. Nilainya masih cukup bagus tentunya, mengingat nilainya masih di atas 10%.
Nah, sekarang bagaimana kalau kita membandingkan performa investasi kedua properti ini dengan performa investasi di saham. Ternyata performa investasi saham saya masih lebih baik, yaitu annual return 21% per tahun :)
Awal Tahun 2009, saya membeli apartment Signature Park di Jl. MT. Haryono, tidak jauh dari RS. Tebet. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah lokasinya, jelas lokasi adalah faktor utama dalam berinvestasi di properti. Kalau lokasinya tidak strategis, buat apa dibeli. Saya beli 2Br tipe 40, harganya saat itu adalah Rp400jt. Harganya relatif murah, mengingat harga rumah daerah di Tebet saat itu sudah mencapai sekitar 1M.
Beberapa bulan setelahnya, saya membeli apartment di Kalibata. Dua Bedroom juga, tipe 33. Harganya saat itu adalah Rp223jt. Lebih murah memang, karena lokasinya tidak sestrategis Signature Park. Namun konsep pembangunan apartment di Kalibata ini adalah pembangunan komunitas, salah satu komponen penting kompleks Kalibata ini adalah Mall besar yang di buat di bagian basement.
Pembangunan kedua apartment selesai pada tahun 2012, proses serah keduanya terima sudah selesai. Bisa tebak berapa harga pasarannya sekarang? Signature Park Rp550jt. Kalibata Rp350jt. Jelas menguntungkan lah ya. Namun Seberapa menguntungkan? Nah, kita coba melihatnya dari berbagai macam sisi. Cek tabel ini untuk melihat RoI keduanya:
That's it... Kalibata RoI 56,95% Signature Park 37,50%. Kelihatannya sangat besar ya? Eit, tapi jangan senang dulu. RoI ini dicapai dalam jangka waktu 3 tahun. Dalam investasi, performa investasi biasanya diukur dari berapa besar return yang dihasilkan dari investasi tersebut PER TAHUN. Kalau begitu, kita harus periksa, berapa besar kenaikan investasi ini tiap tahun?
Nah, cara menghitungnya agak kompleks, rada matematis dikit nggak apa-apa ya :)
Pertama, mari kita asumsikan bahwa kenaikan investasi tiap tahun itu stabil. Sebut aja bunga investasi per tahun itu adalah b. Lalu kita ambil variabel H untuk Harga saat beli. H dikali (1+b) itu adalah harga di tahun berikutnya. H dikali (1+b)(1+b) adalah harga di tahun ke dua. Sehingga H dikali (1+b)(1+b)(1+b) itu adalah harga di tahun ke tiga. Dengan demikian, kita sudah bisa menghitung nilai b sebagai berikut:
Untuk Kalibata:
H = Rp223.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp350.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,5695 (56,96% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1621
Jadi nilai b = 0,1621 (16,21% PER TAHUN)
Untuk Signature Park:
H = Rp400.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp550.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,375 (37,50% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1120
Jadi nilai b = 0,1120 (11,20% PER TAHUN)
Jadi ternyata nilai investasinya adalah 16,21% per tahun untuk Kalibata dan 11,20% per tahun untuk Signature Park. Nilainya masih cukup bagus tentunya, mengingat nilainya masih di atas 10%.
Nah, sekarang bagaimana kalau kita membandingkan performa investasi kedua properti ini dengan performa investasi di saham. Ternyata performa investasi saham saya masih lebih baik, yaitu annual return 21% per tahun :)
Thursday, August 23, 2012
Belajar Saham
Hello, udah geregetan untuk nulis tentang saham. Okay... ini postingan pertama. Postingan-postingan berikutnya adalah segala hal yang saya pikirkan tentang investasi saham. So... enjoy my writings :)
Subscribe to:
Posts (Atom)