Friday, August 24, 2012

Apa itu Market Cap atau Market Capitalization?

Pernah dengar istilah Market Capitalization atau biasa disingkat Market Cap? Apa artinya?

Rumus ini seharusnya sudah menjelaskan apa itu market cap:

Market Cap = Harga Saham x Jumlah Volume Saham yang beredar

Jelas lah ya? Market Cap itu adalah nilai dari suatu perusahaan. Contoh, Harga Saham Kimia Farma (KAEF) adalah Rp480,- per lembarnya. Kemudian, volume saham yang beredar adalah 5.554.000.000. Kalau begitu, Market Cap dari Kimia Farma adalah Rp2.665.920.000.000 atau 2,67 triliun rupiah. Artinya, kalau Anda mau membeli 100% Saham Kimia Farma, saat ini bandrol harganya adalah 2,67 triliun rupiah itu.

Jadi Market Cap itu menunjukkan nilai dari suatu perusahaan. Untuk saat ini, perusahaan dengan market cap tertinggi di Dunia adalah Apple Inc dengan market cap sebesar 627 Miliar Dollar (Per tanggal 22 Agustus 2012). Untuk di Indonesia, berikut ini adalah lima perusahaan dengan Market Cap terbesar (per laporan keuangan 2011):

1. Astra International Tbk. (Rp299,58 Triliun)
2. Bank Central Asia Tbk. (Rp195,27 Triliun)
3. HM Sampoerna Tbk. (Rp170,94 Triliun)
4. Bank Rakyat Indonesia (Rp164,85 Triliun)
5. Bank Mandiri (155,93 Triliun)

Sekarang, apa guna melihat market cap dalam menentukan investasi?

Gunanya tentu untuk membandingkan. Kalau kita menganalisis suatu sektor, misalnya sektor pertambangan, maka memulai dengan membandingkan market cap tiap-tiap perusahaan adalah sesuatu yang baik. Bagi investor pemula, sangat disarankan untuk membeli saham-saham dengan market cap yang relatif besar. Karena market cap yang terlalu kecil menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terlalu kecil perannya di sektor tersebut sehingga memungkinkan dia tergeser oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Tetapi sebagai investor pemula juga sebaiknya tidak memilih 5 perusahaan yang barusan disebutkan. Kenapa? Karena kalau harganya sudah sangat tinggi, peluang dia untuk semakin naik lagi juga makin kecil, bukan?

Investasi di sektor Farmasi


Saham perusahaan apakah yang saat ini layak dibeli untuk investasi jangka panjang di sektor farmasi? Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang masuk dalam kategori Farmasi pada Bursa Efek Indonesia:

1. Kalbe Farma (market cap: Rp 40,11T)
2. Tempo Scan Pacific (market cap: Rp 12,97T)
3. Merck Indonesia (market cap: Rp 3,25T)
4. Kimia Farma (market cap: Rp 2,61T)
5. Taisho Pharmaceutical (market cap: Rp 1,48T)
6. Darya Varia (market cap: Rp 1,41T)
7. Indofarma (market cap: Rp 0,59T)
8. Schering Plough (market cap: Rp 0,028T)
9. Pyridam Farma (market cap: Rp 0,004T)

Dari kesembilan perusahaan yang disebutkan di atas, kita perlu memfilter beberapa perusahaan yang memiliki kondisi keuangan dan performa manajemen yang baik. Misalnya, nilai Return on Assets dan Return on Equity menunjukkan efektivitas manajemen dalam menghasilkan profit dari investasi yang ditanamkan ke perusahaan. Pertimbangan lainnya adalah besarnya jumlah kas yang dimiliki perusahaan (relatif terhadap penjualan), hutang yang dimiliki perusahaan (relatif terhadap equity), dan stabilitas perusahaan dalam menjaga growth dalam beberapa tahun terakhir. Dari parameter-parameter tersebut, perusahaan-perusahaan berikut ini lolos dari uji:

1. Kalbe Farma
2. Tempo Scan Pacific
3. Merck Indonesia
4. Taisho Pharmaceutical
5. Darya Varia

Kelima perusahaan di atas mampu menghasilkan kas lebih dari 20% dari total penjualan, RoA dan RoE yang relatif tinggi, hutang yang sangat kecil, dan pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Kimia Farma sebenarnya memiliki performa yang lumayan baik, hanya saja kas yang dihasilkan tidak sebanyak kompetitor lainnya, yaitu hanya 5,72% dari total penjualan. Untuk Indofarma, Schering Plough, dan Pyridam juga tidak lolos dilihat dari Kas, RoA, RoE. Terlebih Schering Plough memiliki hutang yang sangat tinggai, yaitu Rp 210 Miliar, 976% dari Equity yang dimilikinya.

Kelima perusahaan ini sepertinya memiliki peluang yang besar untuk berkembang terus pada tahun-tahun berikutnya, yang tentunya akan berkorelasi positif dengan harganya di bursa saham. Lalu pertanyaan berikutnya adalah, apabila kita ingin membeli saham dari lima perusahaan tersebut, apakah harganya cocok? Harga perusahaan bisa dilihat dari Price/Earnings (P/E), Price/BookValue, dan Price/Sales. Artinya, kita melihat nilai perusahaan tersebut bukan dari harga sahamnya, tetapi harga saham relatif terhadap profit, asset, dan penjualan perusahaan. Berikut ini perusahaan yang lolos uji:

1. Merck Indonesia (P/E 11,67)
2. Darya Varia (P/E 14,05)

Kedua perusahaan ini memiliki P/E rendah relatif terhadap Kalbe (26,05), Tempo (22,16), dan Taisho (21,39). [Sedikit catatan mengenai Kalbe: sepertinya strategi "Corporate Brand" yang dilakukannya saat ini memberi efek kepada naiknya nilai brand perusahaan dan juga harganya di bursa saham]

Dilihat dari harganya, Merck dan Darya Varia sepertinya sangat layak untuk menjadi tempat berinvestasi. Harganya juga lebih murah baik relatif terhadap asset yang dimiliki oleh perusahaan (Price/BookValue) maupun relatif terhadap penjualan (Price/Sales). Pada saat ini ditulis, harga saham Merck Indonesia adalah Rp145.000,- dan Darya Varia Rp1.260,-. Keduanya masih berada di bawah harga fair price dilihat dari performa perusahaannya. Namun untuk pembelian minimum 500 lembar saham, berarti pembelian untuk minimal untuk saham Merck adalah sebesar Rp72,5juta sementara untuk Darya Varia sebesar Rp630ribu. Hal ini membuat Darya Varia lebih "ramah" bagi investor karena membutuhkan modal yang lebih kecil.

Tabel Analisis Saham Sektor Farmasi Juni 2012

Tabel Analisis Saham Sektor Farmasi Juni 2012 (cont)

Tabel Analisa Fundamental Saham Perusahaan di Sektor Farmasi. Catatan: semua data diolah dari laporan keuangan terakhir tiap-tiap perusahaan yang dapat diakses di www.idx.co.id atau website resmi tiap-tiap perusahaan.

Ditulis pada 17 Juni 2012 

Investasi di Apartment - performa per tahun

Saya mau cerita sedikit pengalaman berinvestasi di Apartment, dan bagaimana performanya jika dibandingkan investasi saya di saham.

Awal Tahun 2009, saya membeli apartment Signature Park di Jl. MT. Haryono, tidak jauh dari RS. Tebet. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah lokasinya, jelas lokasi adalah faktor utama dalam berinvestasi di properti. Kalau lokasinya tidak strategis, buat apa dibeli. Saya beli 2Br tipe 40, harganya saat itu adalah Rp400jt. Harganya relatif murah, mengingat harga rumah daerah di Tebet saat itu sudah mencapai sekitar 1M.

Beberapa bulan setelahnya, saya membeli apartment di Kalibata. Dua Bedroom juga, tipe 33. Harganya saat itu adalah Rp223jt. Lebih murah memang, karena lokasinya tidak sestrategis Signature Park. Namun konsep pembangunan apartment di Kalibata ini adalah pembangunan komunitas, salah satu komponen penting kompleks Kalibata ini adalah Mall besar yang di buat di bagian basement.

Pembangunan kedua apartment selesai pada tahun 2012, proses serah keduanya terima sudah selesai. Bisa tebak berapa harga pasarannya sekarang? Signature Park Rp550jt. Kalibata Rp350jt. Jelas menguntungkan lah ya. Namun Seberapa menguntungkan? Nah, kita coba melihatnya dari berbagai macam sisi. Cek tabel ini untuk melihat RoI keduanya:




That's it... Kalibata RoI 56,95% Signature Park 37,50%. Kelihatannya sangat besar ya? Eit, tapi jangan senang dulu. RoI ini dicapai dalam jangka waktu 3 tahun. Dalam investasi, performa investasi biasanya diukur dari berapa besar return yang dihasilkan dari investasi tersebut PER TAHUN. Kalau begitu, kita harus periksa, berapa besar kenaikan investasi ini tiap tahun?

Nah, cara menghitungnya agak kompleks, rada matematis dikit nggak apa-apa ya :)

Pertama, mari kita asumsikan bahwa kenaikan investasi tiap tahun itu stabil. Sebut aja bunga investasi per tahun itu adalah b. Lalu kita ambil variabel H untuk Harga saat beli. H dikali (1+b) itu adalah harga di tahun berikutnya. H dikali (1+b)(1+b) adalah harga di tahun ke dua. Sehingga H dikali (1+b)(1+b)(1+b) itu adalah harga di tahun ke tiga. Dengan demikian, kita sudah bisa menghitung nilai b sebagai berikut:

Untuk Kalibata:
H = Rp223.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp350.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,5695 (56,96% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1621
Jadi nilai b = 0,1621 (16,21% PER TAHUN)

Untuk Signature Park:
H = Rp400.000.000,-
H(1+b)(1+b)(1+b) = Rp550.000.000,-
Sehingga kita dapat (1+b)(1+b)(1+b) = 1,375 (37,50% ini nilai RoI 3 tahun)
Kedua ruas diakarkan pangkat tiga menjadi: (1+b) = 1,1120
Jadi nilai b = 0,1120 (11,20% PER TAHUN)

Jadi ternyata nilai investasinya adalah 16,21% per tahun untuk Kalibata dan 11,20% per tahun untuk Signature Park. Nilainya masih cukup bagus tentunya, mengingat nilainya masih di atas 10%.

Nah, sekarang bagaimana kalau kita membandingkan performa investasi kedua properti ini dengan performa investasi di saham. Ternyata performa investasi saham saya masih lebih baik, yaitu annual return 21% per tahun :)

Thursday, August 23, 2012

Belajar Saham

Hello, udah geregetan untuk nulis tentang saham. Okay... ini postingan pertama. Postingan-postingan berikutnya adalah segala hal yang saya pikirkan tentang investasi saham. So... enjoy my writings :)